SEMINAR KELUARGA. Panitia Seminar Tahun Keluarga HKBP 2016 di Gereja HKBP Menteng, dengan pembicara dari
Jerman (Yayasan Nehemia) Gerhard Klaiber (depan, baju putih) berpose dengan pimpinan Resort HKBP
Menteng Pdt L Lumbantobing STh, St Prof DR Rer. Nat Binari Manurung MSi, ketua panitia seminar Halasman
Simamora, dan para peserta dari kalangan jemaat.
Selasa, 10 Mei 2016 | 10:33:19
Medan (SIB)- Kualitas kekeluargaan umat Kristen di Indonesia, baik kualitas iman di kalangan gereja-
gereja maupun kualitas sosialnya di kalangan masyarakat, masih terbilang lebih baik dibanding kualitas
keluarga-keluarga di luar negeri seperti di Eropa.
Pengurus Nehemia Foundation (Yayasan Nehemia) Jerman, Gerhard Klaiber yang juga pemimpin Yayasan Nehemia Jerman Perwakilan Indonesia di Sumut, menegaskan tradisi ibadah di gereja-geraja di Eropa seperti di Jerman, sudah tampak langka dengan kehadiran jemaat dari barisan keluarga yang terdiri dari suami, isteri (ayah-ibu) dan para anak-anaknya.
"Bentuk negara-negara di Eropa yang sekuler seperti di Jerman memang memengaruhi kualitas iman atau rohani umat di kalangan keluarga. Banyak gereja di kota-kota Jerman yang memiliki ribuan jemaat, tapi yang datang ke gereja hanya puluhan orang. Kalau di Indonesia seperti di Medan ini masih saya lihat ramai, suami-isteri dan anak-anaknya sama-sama datang ke gereja. Artinya, kualitas iman dan sosial keluarga Kristen di Indonesia masih lebih baik dari keluarga di Jerman atau di negara lain di Eropa," ujar Gerhard Klaiber, Sabtu pekan lalu.
Dia mencetuskan hal itu ketika tampil sebagai pembicara tunggal dalam Seminar Tahun Keluarga HKBP 2016, di gereja HKBP Menteng Jalan Menteng VII Medan Tenggara. Seminar dengan topik Keluarga Bahagia Menurut Alkitab itu dihadiri 200-an jemaat dan undangan yang dipandu St Prof DR Rer.Nat Binari Manurung MSi selaku moderator sekaligus penerjemah.
Hadir antara lain pimpinan Resort HKBP Menteng Pdt L Lumban Tobing STh yang mengawali acara dengan ibadah singkat,, penasehat Panitia Tahun Keluarga HKBP Menteng Ir John Anta Siagian, Ketua Umum Panitia Drs Halasman Simamora, Sekum Sudirman Sirait, Ketua Harian Ir Hardi Silaen S.Hut.Mp dan Seksi Dana Ir M Tampubolon MM. Hadir juga pengurus Dewan Koinonia Ingot P Sitompul dan St Nelson Silitonga.
Para peserta seminar itu tampak antusias dengan sesi dialog dan tanya jawab hingga tiga sesi, sehingga masa acara seminar melebihi masa waktu yang dijadwalkan semula. Sejumlah peserta dari kalangan kaum bapak dan ibu-ibu antara lain menanyakan perbandingan tradisi keluarga Kristen di Jerman, dengan keluarga gereja di Indonesia, baik soal hubungan diakonia maupun koinonia.
Gerhard Klaiber lebih lanjut, memaparkan, para keluarga atau suami-isteri di Jerman atau di negara-negara sekuler lainnya cenderung mengutamakan karir dibanding keluarganya sehingga memicu terjadinya perceraian yang terus meningkat.
Itulah sebabnya, ujar Gerhard, keluarga Kristen harus terus memedomani amanat agung atau Firman Tuhan melalui ayat-ayat Alkitab seperti 1 Tesalonika 4:3-5, 1 Korintus 7:3-4, dan 1 Petrus 3:7, yang antara lain menegaskan suami isteri harus hidup bijaksana dengan saling menghormati dan penuhi kewajiban dalam hidup yang kudus.
"Survey oleh Yayasan Nehemia selama ini menunjukkan, kualitas keluarga itu 55 persen ternyata dibentuk oleh aksi perlakuan suami isteri melaui gesture atau gestik sebagai ekspresi kepedulian dan penuhi kewajiban, komunikasi (tonfall) 38 persen dan dialog atau tegur sapa (speechen) hanya 7 persen," ujar Gerhard, yang diterjemahkan Binari Manurung.
Binari Manurung yang juga pimpinan Panti Asuhan Nehemia Medan, dalam kesempatan itu menyajikan tarian dan lagu yang ditampilkan grup anak-anak asuh eks korban gempa tsunami Nias 2004, yang kini sudah menanjak remaja, beberapa sudah kuliah dan ada yang sudah tammat menjadi polisi, dokter dan, guru dan wiraswasta di Jerman. (A4/l)
